Jumat, 29 Mei 2009

fenomena capres&wapres

Semua pasangan memiliki kesempataan yang sama untuk menjadi pemenang tapi pada awal fase ada fenomena yang menarik diantara ketiga pasangan,salah satunya yg paling seru untuk disimak adalah pasangan SBY-Boediono yang banyak menimbulkan kontroversi di
kalangan politik manakala Boediono bukan dari kalangan partai politik manapun. Akan tetapi dalam studi kebijakan, kontrovesi antara teknokrasi dan politisi, seperti tercermin dalam pasangan SBY-Boediono, bukanlah hal yang baru. Usaha mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana merumuskan kebijakan publik yang ideal selalu menyangkut pendekatan teknokrasi dan pendekatan politis.

Masing-masing pasangan memiliki argumentasi yang kokoh guna menjelaskan ketepatan perumusan kebijakan publik. Secara singkat pendekatan tersebut memehami kebijakan sebagai pilihan rasional dari serangkaian pilihan alternatif untuk menyelesaikan masalah
kebijakan. Asumsi-asumsi kebenaran berbasis ilmu pengetahuan amat penting dalam pendekatan ini, karena itu peran aparatur berilmu yang dikenal dengan teknokrat amat penting dalam pemerintahan pilihan SBY, merekrut Boediono adalah menunjukkkan pengarusutaman pendekatan teknokrasi.
Mungkin, pilihan ini di ilhami kelelahan berhubungan saat berduet dengan politis dan upaya sistimatis yang merespon krisis global. Sebagai pilihan baru dengan politisasi kebijakan melalui teknokrasi jabatan capres perlu mendapat aspirasi. Menyempitnya ruang kebijakan deliberatif yang memasung partisipasi publik. Intinya SBY merekrut Boediono sebagai cawapres dikarenakan krisis global yang menimpa negara kita dan bukan dari kalangan politik yang memiliki tujuan politik tertentu. Dimana kita ketahui Boediono adalah seorang ahli ekonomi yang tidak dimiliki oleh cawapres-cawapres lainnya.



Minggu, 12 April 2009

perkembangan politik di indonesia

Indonesia di tahun 2009 mengangkat masalah politiknya melalui pemilu yang diselenggarakan dari 5 tahun sebelumnya. Perkembangan pasca pemilu dan setelah pemilu membuat masyarakat sekarang ini sudah mulai selektif memilih calon wakilnya dan partainya.

Berdasarkan undang-undang (katanya), Pemilu 2009 yang akan diselenggarakan 9 April 2009 kelak, menggunakan tata cara yang berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Dan perbedaan ini nampaknya cukup signifikan.

Nah, ternyata di undang-undang yang baru, kita tidak akan lagi melakukan COBLOSAN, akan tetapi yang kita lakukan adalah PILIHAN. Bukan nyoblos pakai paku, tapi nyentang pakai pena. Nah, yang bikin menarik, katanya kalau kartu suara dicoblos, suaranya bakalan dianggap tidak sah.

Dari sini saja sudah terlihat, potensi golput saja sudah sedemikian besar, ditambahi dengan kemungkinan terjadinya kesalahan “gaya” voting, dari yang seharusnya nyentang pake pena, malah keliru mencoblos. Sehingga kalau menurut saya, bakalan menyebabkan banyak sekali suara yang tidak sah. Tidak mudah memberi pendidikan kepada masyarakat kita yang sudah terbiasa puluhan tahun nyoblos, ganti nyentang, kecuali mungkin kepada pemilih pemula/muda. Itu sebabnya pihak KPU menyelenggarakan penyuluhan-penyuluhan baik secara lisan maupun tulisan. Agar kecendurungan masyarakat kita lebih cepat mengerti cara pemilihan tahun ini.

Kecenderungan Partai yang Berkoalisi

Partai dan wakilnya kali ini memang cukup banyak. Adapun kecenderungan Para Partai untuk mendapatkan hasil yang maksimal partai-partai menengah akan berkoalisi dengan partai-partai besar untuk dapat maju di pemilihan presiden nantinya.