Semua pasangan memiliki kesempataan yang sama untuk menjadi pemenang tapi pada awal fase ada fenomena yang menarik diantara ketiga pasangan,salah satunya yg paling seru untuk disimak adalah pasangan SBY-Boediono yang banyak menimbulkan kontroversi di
kalangan politik manakala Boediono bukan dari kalangan partai politik manapun. Akan tetapi dalam studi kebijakan, kontrovesi antara teknokrasi dan politisi, seperti tercermin dalam pasangan SBY-Boediono, bukanlah hal yang baru. Usaha mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana merumuskan kebijakan publik yang ideal selalu menyangkut pendekatan teknokrasi dan pendekatan politis.
Masing-masing pasangan memiliki argumentasi yang kokoh guna menjelaskan ketepatan perumusan kebijakan publik. Secara singkat pendekatan tersebut memehami kebijakan sebagai pilihan rasional dari serangkaian pilihan alternatif untuk menyelesaikan masalah
kebijakan. Asumsi-asumsi kebenaran berbasis ilmu pengetahuan amat penting dalam pendekatan ini, karena itu peran aparatur berilmu yang dikenal dengan teknokrat amat penting dalam pemerintahan pilihan SBY, merekrut Boediono adalah menunjukkkan pengarusutaman pendekatan teknokrasi.
Mungkin, pilihan ini di ilhami kelelahan berhubungan saat berduet dengan politis dan upaya sistimatis yang merespon krisis global. Sebagai pilihan baru dengan politisasi kebijakan melalui teknokrasi jabatan capres perlu mendapat aspirasi. Menyempitnya ruang kebijakan deliberatif yang memasung partisipasi publik. Intinya SBY merekrut Boediono sebagai cawapres dikarenakan krisis global yang menimpa negara kita dan bukan dari kalangan politik yang memiliki tujuan politik tertentu. Dimana kita ketahui Boediono adalah seorang ahli ekonomi yang tidak dimiliki oleh cawapres-cawapres lainnya.
kalangan politik manakala Boediono bukan dari kalangan partai politik manapun. Akan tetapi dalam studi kebijakan, kontrovesi antara teknokrasi dan politisi, seperti tercermin dalam pasangan SBY-Boediono, bukanlah hal yang baru. Usaha mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana merumuskan kebijakan publik yang ideal selalu menyangkut pendekatan teknokrasi dan pendekatan politis.
Masing-masing pasangan memiliki argumentasi yang kokoh guna menjelaskan ketepatan perumusan kebijakan publik. Secara singkat pendekatan tersebut memehami kebijakan sebagai pilihan rasional dari serangkaian pilihan alternatif untuk menyelesaikan masalah
kebijakan. Asumsi-asumsi kebenaran berbasis ilmu pengetahuan amat penting dalam pendekatan ini, karena itu peran aparatur berilmu yang dikenal dengan teknokrat amat penting dalam pemerintahan pilihan SBY, merekrut Boediono adalah menunjukkkan pengarusutaman pendekatan teknokrasi.
Mungkin, pilihan ini di ilhami kelelahan berhubungan saat berduet dengan politis dan upaya sistimatis yang merespon krisis global. Sebagai pilihan baru dengan politisasi kebijakan melalui teknokrasi jabatan capres perlu mendapat aspirasi. Menyempitnya ruang kebijakan deliberatif yang memasung partisipasi publik. Intinya SBY merekrut Boediono sebagai cawapres dikarenakan krisis global yang menimpa negara kita dan bukan dari kalangan politik yang memiliki tujuan politik tertentu. Dimana kita ketahui Boediono adalah seorang ahli ekonomi yang tidak dimiliki oleh cawapres-cawapres lainnya.